Mimpi bertemu Nabi

| |



Apakah mimpi bertemu Nabi dapat menjadi dasar penetapan hukum?
Jika seorang mimpi bertemu Nabi dalam keadaan memberi perintah untuk mengerjakan sesuatu atau melarangnya;menampakan kecintaannya pada sesuatu,seseorang atau segolongan orang,atau,bahkan sebaliknya,menampakan kemurkaannya hal yang demikian tidak dapat dijadikan pegangan.
Mimpi tersebut tidak bisa dijadikan dasar dalam menetapkan hukum syara',yang dalam hal ini berkaitan dengan hukum Wajib,sunnah,makruh,mubah,kesetiaan,kebebasan dan permusuhan. Lagi pula,apa yang Allah bebankan kepada kita sebagai sesuatu yang diyakini dan dikerjakan adalah diwahyukan Allah di masa hidup Rasulullah. semuanya bentuk mimpi tersebut harus diukur dan dicocokkan dengan syaraiat yang telah baku. Jika mimpi seseorang sesuai dengan syariat,ia boleh menggunakan mimpinya sebagai hujah syar'iyah dan inilah yang diharapkan. Hanya saja yang jadi catatan adalah,walaupun mimpi tidak bertentangan dengan syariat,tetap saja yang menjadi hujah adalah syariat itu sendiri. Mimpi hanyalah menjadi penguat dalam menjalankan syaria.
secara logika pun tentu kita akan berfikir bahwa jika mimpi dapat dijadikan landasan hukum,berarti ada perubahan wahyu secara hukum. Kita tidak bisa membayangkan jika mimpi dapat dijadikan sebagai ketetapan hukum tanpa pertimbangan syar'i,tentu ia dapat pula merambah kepada persoalan kebijakan secara umum. Artinya,dalam menentukan kebijakan publik pun mimpi mengambil tempat yang sangat menentukan.

Sebagaimana dalam sebuah riwayat disebutkan,seseorang yang jujur bernama Syarik bin Abdullah al-Qadhi, hampir saja kehilangan kepala dan nyawanya,hanya karena mimpi sang raja.
Suatu hari ia datang kepada penguasanya, Al-Mahdi. Ketika Al-Mahdi melihatnya,dia langsung berkata,"Saya harus menghukum dan memenggalmu dengan pedangku."
Namun Syarik bingung,karena ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia juga tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia juga tidak berbuat makar terhadap pemerintah yang sedang berlangsung.
"kenapa Engkau mau menghukumku wahai amirul mukminin?"
Al-Mahdi menjawab," Aku melihat kau dalam mimpiku,sepertinya engkau menginjak-injak permadaniku dan engkau malah menentangku. Telah ku ceritakan perihal mimpi ini kepada orang yang dapat menakwilkannya. Katanya, 'Ditampakan kepadamu ketaatan dan disembunyikan darimu kemaksiatan'."
Syarik pun tersenyum mendengarkan hal itu. "Demi Allah! mimpi Anda bukanlah mimpi Nabi Ibrahim,dan orang yang menakwilkan mimpi tersebut bukan Nabi Yusuf! apakah karena mimpi dusta itu Anda akan menenggak legeslu dan orang-orang yang beriman?" Al- Mahdi merasa malu. Tanpa banyak kata ia berkata,"Pergilah dari hadapanku." Syarik pun pergi kembali pulang.
Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©