FITRAH MANUSIA

| |

Dalam Al Quran manusia disebut sebagai mahluk yang memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah ('abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah). Ayat Al Quran dalam surat Arrum ayat 30:
  • Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (yang benar), fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Ayat tersebut menunjukan bahwa manusia diciptakan dengan membawa fitrah (potensi) beragama yang lurus dan benar dan hal ini tidak bisa menghindar meskipun boleh jadi orang-orang mengabaikan dan tidak mengakuinya.
Sebagai hamba, manusia mempunyai karakter lemah, kecil dan banyak batasan. Secara kejiwaan, orang yang lemah akan membutuhkan yang kuat sebagai pelindungnya. Yang kecil butuh perlindungan yang besar. Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya adalah kecil dan lemah berada dalam posisi terpojok dan tidak ada jalan keluar, maka di dalam dirinya akan muncul pengharapan akan datangnya yang maha kuat, yang maha besar untuk membantu keluar dari ketidak berdayaannya. Itulah fitrah manusia yang pada saatnya membutuhkan bantuan dari yang maha besar dan maha kuat yang dapat melindungi, yang bisa di jadikan tempat mengadu, yang dirindukan dan yang di takuti.
Sebagai khalifatullah, manusia terdurong untuk memperingatkan dan menegur orang lain yang di pandang melakukan kesalahan, menolong dalam kebaikan demi menegakkan sistem keadilan dalam hidup, dan bahkan manusia terdorong untuk menghukum para pelaku kejahatan demi terwujudnya tatanan sosial dan 'gelar' khalifatullah yang di sandangnya.
Ayat tersebut di atas dengan istilah hanif juga menerangkan adanya kecenderungan manusia untuk mencari Tuhan Yang Esa. Agama yang hanif adalah agama yang lurus (dzalika ad din al qayyim), yaitu seperti agamanya nabi Ibrahim (millata Ibrahima hanifa), bukan agama yang musyrik (hunafa a lillah ghoira musyrikina bihi)
Kalimat hanif, secara lughawi artinya orang yang condong, baik itu condong kepada kebaikan maupun kepada keburukan. Secara sosiologis, kalimat hanif kemudian berkonotasi positif, yaitu:
  • - seorang muslim yang alergi terhadap prilaku buruk dan condong kepada kebaikan.

  • - orang yang berkiblat kepada agama Ibrahim.

  • - orang yang ikhlas

  • - orang yang pasrah diri kepada perintah Allah

Jadi menurut Al Quran pada dasarnya manusia itu selalu mencari Dia yang maha hebat, maha besar yang kuat. Hanya saja, di samping faktor hidayah Tuhan kapasitas kemampuan manusia dalam pencarian Tuhan itu berbeda-beda.
Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©