RASI BINTANG

| |

Dalam istilah ramalan bintang dikenal dengan 'tanjim' . Menurut Prof. DR. Yusuf Qardawi, tanjim adalah salah satu bentuk perdukunan atau sihir. Suatu ilmu dimana orang yang memilikinya menyangkan bahwa kejadian-kejadian alam ini berhubungan erat dengan bintang-bintang di langit. Bahkan mereka kerap sesumbar,'Akan terjadi sesuatu bencana pada tahun sekian',misalnya.
Pernyataan Qardawi tersebut dikuatkan oleh sebuah hadits yang menganggap astrologi termasuk bagian dari sihir. Sebagaimana di ceritakan dari Ibnu Abbas, "barang siapa yang mengambil ilmu dari bintang-bintang,maka ia telah mengambil satu macam sihir,ia menambahkan apa yang ia tambahkan."

Dalam hal ini Al Kitabi juga mengungkapkan hal sama, "Ilmu bintang yang dilarang adalah yang dijadikan pegangan para ahli ramalan dimana mereka 'mengetahui' kejadian alam semesta baik yang akan terjadi maupun yang telah lalu pada suatu masa."
Mereka menduga bahwa dengan mengetahui kejadian-kejadian di alam saya berdasarkan perjalanan bintang-bintang pada porosnya,akan bisa meneropong sesuatu peristiwa kehidupan. Mereka bahkan merasa yakin bahwa bintang-bintang itulah yang mengatur kejadian-kejadian tersebut,sehingga seakan-akan pergerakan bintang merupakan suatu kepastian akan terjadinya sesuatu di bumi.
Tentu tindakan semacam itu tak lain merupakan hal-hal bersifat gaib,yang sesungguhnya hanya Allah yang Paling Mengetahui.
Yang di benarkan dari ilmu nujum (bintang) adalah sebatas yang dapat diketahui dengan penglihatan dan indera,seperti mengetahui tergelincirnya matahari atau arah kiblat dengan melihat letaknya. Hal tersebut dikarenakan mereka mengetahui letak bayangan semakin berkurang. Terbukti dengan semakin naiknya matahari menuju tengah langit dari ufuk Timur. Apabila bayangan bertambah panjang,matahari akan turun dari tengah langit menuju ufuk sebelah Barat.
Pengetahuan semacam ini bisa diketahui dengan cara melihat. Dewasa ini, orang-orang yang ahli dalam ilmu tersebut menggunakan peralatan canggih yang dipakai untuk mengetahui gejala alam. Dengan begitu seseorang tidak perlu mengetahui jarak dan sasarannya dengan mata biasa.
Adapun ilmu yang dapat menunjukan arah kiblat melalui bintang,hanyalah bintang-bintang yang ditunjukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kesalehannya tidak di ragukan lagi,sehingga informasi yang disampaikan bisa dibenarkan.
Dengan dasar ini jelas ilmu nujum yang tidak dilarang adalah ilmu falak yang telah dikuasai umat islam sejak dulu. Bahkan banyak ahli astrologi kenamaan di zaman keemasan islam,yang hingga kini masih dikenang khalayak luas.
Islam dengan tengan tegas melarang praktik peramal,penyihir,dukun dan orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib. Karena menurut Al-Baghawi,"yang mengaku mengetahui ilmu gaib adalah orang yang mengaku mengetahui segala perkara melalui rangkaian-rangkaian yang di yakininya,padahal sebenarnya ia tidak mengerti atas apa yang ia lakukan."
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa orang yang mengetahui yang gaib adalah dukun. Dukun adalah orang yang mengabarkan perkara-perkara gaib yang akan terjadi pada masa mendatang. Dukun pula bisa disebut juga orang yang mengabarkan apa yang ada di dalam benak manusia.
Sebuah hadits menyebutkan bahwa dukun adalah orang yang berdusta sebanyak seratus kedustaan. Apa yang dikatakan dukun-dukun benar satu kali ucapan,tapi sesungguhnya ia telah berbohong sebanyak seratus kali pula.
Ilmu-ilmu tersebut sayangnya telah diwaris oleh orang-orang dimasa jahiliyah sehingga mereka mewariskannya kepada anak-anak cucunya. Bahkan mereka tak segan mengaku sebagai wali Allah dan ilmu gaib yang mereka miliki adalah 'karamah' dari Allah.
Padahal sesungguhnya yang disebut wali adalah seorang mukmin yang diberikan karamah oleh Allah karena kesalehan amaliah dan doa-doa yang di panjatkannya. Tapi bukan berarti seorang wali punya kekuasaan atas perkara gaib. Ia tetap hanya seorang hamba Allah yang taat dan memiliki kualitas iman yang baik.
Wali adalah seorang yang merasa hina dan selalu melihat kejelekan diri sendiri dan merasa takut kepada Allah. Wali yang sesungguhnya adalah wali yang sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki karamah dari Allah.
Kita pun tahu bahwa para sahabat,tabi' dan tabi'in,yang memiliki keistimewaan dari Allah,namun hari harinya merasa takut akan siksaan Allah. Perilaku mereka tidak menunjukan sama sekali bahwa mereka sebenarnya adalah orang-orang yang 'diistimewakan'. Al-Quran mengingatkan bahwa hendaknya manusia jangan mangatakan dan menganggap diri suci.
Mengenai hal ini para ulama islam sepakat untuk menghapus segala bentuk perdukunan dan segala macam bentuk sihir. Mereka menganggap bahwa hal itu bertentangan dengan keimanan kepada Allah dan bertolak belakang dengan islam,yang mengajarkan untuk selalu menghormati sunatullah dan hukum kausalitas (sebab akibat).
Berlandasan pada hal ini pula, islam sang menghargai akal ilmiah,segala bentuk eksperimen pada hal-hal yang dapat ditangkap oleh indra, dan hal-hal materi yang didasari oleh dalil Qath'i. Artinya bertumpu pada hal-hal logis namun tetap ditopang uleh nash agama.
Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©