Mengenal pesantren

| |

Pesantren hingga saat ini masih mempunyai nilai yang penting untuk dicermati,baik sebagai kalian ilmiah,lembaga pendidikan dan pengkaderan maupun sebagai lembaga transformasi sosial. Kemampuan pesantren untuk bertahan dan tetap eksis di tengah era global,karena menyuguhkan sistem pendidikan alternatif. Apalagi dewasa ini arus perkembangan pendidikan pesantren semakin menunjukan kemajuan yang menggembirakan dengan tetap berlandaskan pada karakteristik dan kultur di masing masing pesantren.
Dari sekian ribu jumlah pesantren yang ada. Model pesantren salafiyah masih menjadi pilihan masyarakat meskipun menolak intervensi kurikulum dari luar. Kedua adalah model pesantren yang menerima kurikulum dari luar dengan berafiliasi ke DEPAG dan DIKNAS tetap memiliki kurikulum yang khas pesantrenya sendiri. Sedangkan model yang ketiga adalah model pesantren yang melebur kepada arus perubahan di luar dirinya dengan hanya mengikuti keinginan DEPAG dan DIKNAS sehingga kurikulum pesantrenowa terkikis.
TANTANGAN REALITAS: Perlu Kaderisasi.
Seiring dengan munculnya tantangan realitas yang semakin kuat terhadap pesantren,pesantren semakin dituntut untuk mempertegas jauh dirinya. Artinya bagaimana kader-kader pesantren disiapkan untuk mampu menjadi pioneer dan memanfaatkan ruang publik untuk ikut mewarnai perubahan. Dalam rangka ini sebenarnya pesantren dituntut memberikan ketrampilan life skill,bukan hanya kepentingan sosial yang hanya berkaitan dengan dirinya tetapi lebih besar lagi terkait dengan hidmatnya sebagai bagian integral dari masyarakat.
Dalam sejarah perjuangan indonesia hingg sekarang,kader-kader pesantren telah mampu mengisi ruang publik dengan mengambil peran ikut berjuang membela negara,terjun bersaing di pemerintahan,terjun ke medan dakwah mentransformasikan nilai-nilai penjuangan dan pendidikan agama kepada masyarakat. Tetapi apa yang dilakukan oleh para kader pesantren itu, dilakukan karena kader pesantren memang disiapkan dan dididik untuk mampu berperan ditengah masyarakat dengan mencontoh semangat perjuangan dan keikhlasan para ulama-ulama terdahulu. Sementara pola kaderisasi yang tersusun dengan hitungan dan pertimbangan-pertimbangan strategis masih terlihat,hingga saat ini,kurang mendapatkan perhatian dari kader-kader pesantren sendiri.
Adapun dalam penyiapan kader-kader dengan kemampuan yang integral tentunya perlu adanya pola kaderisasi yang terbuka dan intensif dengan memberikan pelatihan yang mampu memberikan wawasan dan skill.
Untuk itulah,melalui lembaga-lembaga seperti LAKPESDAM NU , LSM-LSM NU, dan tentunya dari kalangan (dalam) pesantren sendiri,diharapkan pemikiran dan aktifitas kearah penataan kader pesantren menjadi skala prioritas dalam merebut ruang publik dan melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat menghadapi tantangan masa depan yang lebih kompleks.
PENDIDIKAN ALTERNATIF
Selain itu perlu dipikirkan bagaimana pesantren menjadi sistem pendidikan alternatif bagi bagi pendidikan nasional yang masih mencari arah. Misalnya kemajuan dibidang teknologi informasi tentunya merupakan fenomena dan tantangan tersendiri bagi pesantren untuk bisa membuka diri agar melek teknologi dan informasi.
Hal ini tentunya memerlukan penyikapan tersendiri bagi pondok pesantren mengingat pendidikan harus selalu mampu berdialog dengan persoalan-persoalan manusia. Karenanya pendidikan pesantren mengupayakan penyatuan antara kecerdasan otak dan kebaikan watak. Sehingga kemajuan pola pikir yang terpisah dari spiritualitas sebagaimana yang terjadi di barat dengan kecenderungan di timur yang mengenal spiritualitas dari dimensi keilmuan dapat berjalan seiring.
Dengan demikian pesantren seharusnya mampu mempertahankan kultur dan sejarahnya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kompetensi keahlian masing-masing. Seperti yang pernah ada pada masing-masing pesantren dahulu dimana suatu peransen tertentu memiliki standar kompetensi keilmuan yang ingin diraih para santri. Misalnya ada pesantren yang memiliki kualifikasi mencetak ahli fiqh, ahli tafsir, ahli hadits,dan lainnya.
Kedepan pesantren harus mampu mengintegrasikan nilai nilai ilmu pengetahuan,nilai-nilai agama dan nilai-nilai etika dengan melahirkan santri yang menguasai ketajaman intelektual,kematangan mental dan ketinggian spiritual sekaligus. Dari upaya ini akan selalu lahir output pesantren yang bisa bergerak memperjuangkan misi islam sesuai dengan profesinya dengan kesadaran sebagai kader yang melakukan sebuah misi.
Cita-cita ini tentunya memerlukan adanya keterbukaan terhadap adanya metodologi pengajaran yang baik. Dengan metodologi yang baik,santri akan mudah menguasai materi-materi yang diajarkan dalam waktu yang singkat.

Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©