SABAR DAN SUKUR

| |

Banyak yang menganggap bahwa syukur itu bagi orang yang tertimpa musibah. Padahal, penempatan sabar tidak hanya dibatasi sedemikian sempit,hanya untuk suatu yang tidak mengenakan.
Selama ini kita memahami bahwa kesabaran wajib dimiliki oleh orang yang sedang dirundung duka. Dapat di maklumi bahwa orang yang terkena musibah haruslah sabar. Hal tesebut belum menunjukan kualitas dirinya sebagai manusia yang beriman dan taqwa.
Untuk menunjukan kualitas diri kita sebagai insan kamil, maka kita harus bisa menjadikan dalam keadaan sulit,sifat sabar kita jadikan sikap sukur.
Kualitas kita semakin tinggi apabila kita mampu merubah sikap sabar menjadi rasa sukur. Sukur lewat kehilangan anggota keluarga misalnya. Allah swt.memberikan pengetian bahwa kita disuruh memanfaatkan waktu yang tersisa. Lewat kematian tersebut kita disadarkan,bahwa kematian adalah tidur panjang, duduk sekursi,jalan berdampingan dengan kita. Dan akan seperti itu selalu.
Sekarang tinggal bagaimana membuat kualitasnya satu tingkat lebih tinggi di atas sabar,yakni ia harus bersyukur. Jika ditimpa musibah,kita nevi sabar,memang gusur semestinya. Tapi jika ditimpa musibah kita bersyukur dan meyakini bahwa musibah tersebut adalah sarana Allah mendidik dan meningkatkan kita.
Ada sebuah riwayat yang menggambarkan secara sederhana bagaimana bersabar dibarengi syukur. Ketika salah seorang dari putra Rasulullah dari istri pertama meninggal beliau dirundung duka kesedihan. Kesedihan yang sama juga dirasakan oleh khodilah,bahkan diriwayatkan khodijah sampai menangis dalam peristiwa itu terjadi. Melihat hal itu terjadi,Rasulullah mendekati dan menghibur istrinya . " Apa yang engkau ucapkan memang benar,tapi aku harus atau apa? Kematian Abdullah sangat mengguncang hatiku. Itulah yang menyebabkan aku menangis,"tutur Khadijah memberi penjelasan pada suaminya.
"Tidakkah engkau ingin melihat Abdullah kelak ingin berdiri di depan pintu surga menanti kedatanganmu. Dan ketika ia melihatmu datang,segera ditariknya tanganmu lalu dibawanya engkau ke tempat yang lebih harum dan paling indah di dalam surga?"tanya Rasulullah dengan nada mesra pada istrinya.
"Benarkah demikian?"tanya khadijah sambil menghapus air mata yang menetes di pipi.
"Tuhan terlalu mulia untuk mengambil buah hati seorang hambaNya yang selalu bersabar dan bersyukur,apalagi menyiksanya,"demikian jawab Rasulullah. Ada pesan yang tersirat dalam riwayat diatas. Pesan tersebut adalah,jika Khadijah ingin anaknya menyambut di pintu surga dan mengajaknya ke tempat yang lebih indah dan harum maka sudah seharusnya ia lebih mensyukuri hidup ini. Lewat kematian putranya, Khadijah kembali diingatkan bahwa hidup adalah bekal untuk mati. Karenanya ia tidak hanya bersabar menghadapi kematian putranya,lebih dari itu ia harus merubah sabar menjadi syukur sebagai wujud tawakalnya kepada Allah swt.
Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©